Breaking News

Passion Without Creation Is Nothing

Dari puluhan ribu tulisan yang pernah gue baca, baik dari buku, koran, berita daring, blog, ataupun social media, hanya sedikit tulisan saja yang bisa mengubah jalan pemikiran gue dalam menjalani kehidupan nyata.

Pengalaman menjalani kerasnya persaingan di Jakarta, membuat gue tak mudah 'teracuni' dengan tulisan-tulisan para motivator terkenal, karena gue anggap mereka hanya menceritakan tentang jalan kesuksesan yang cocok bagi mereka sendiri. Menurut pemikiran gue, pengalaman hidup yang gue jalani merupakan guru terbaik, yang mesti gue pelajari demi mencapai kesuksesan hidup.

Sekitar tujuh bulan lewat, gue membaca sebuah artikel sisipan harian KOMPAS di halaman 35 yang ditulis oleh seorang konsultan bisnis terkenal bernama Rene Suhardono (@reneCC). Tulisan mengenai passion dan kesuksesan hidup yang beliau buat, mengena ke pikiran dan hati gue, mampu mengubah jalan pemikiran gue hingga saat ini.

Berikut gue kutip utuh artikel yang pernah ditulis oleh Rene Suhardono mengenai Passion.

"Apa jadinya kalau passion tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup? Jika terus-menerus passion, apa artinya harus berpindah pekerjaan, jadi manusia super-idealis yang siap hidup susah- dan membuat keluarga jadi susah? 

Apakah harus kompromi dengan passion sendiri supaya bisa bayar tagihan setiap bulan? Ini serangkaian pertanyaan dari FB, Twitter, atau e-mail yang paling sering saya dengar setiap kali bicara soal passion. Gongnya adalah saat membaca twit dari seorang teman dan selebritas Twitter yang isinya kurang lebih begini:”Memang terkadang passion tidak cukup membayar tagihan…” 

Walaupun dengan nada bercanda, saya merasa perlu berkomentar supaya pembahasan passion tidak jadi semakin rancu.

Ini sama sekali bukan komplain lho. Jujur saya senang banget semakin banyak telinga yang akrab dengan satu kata yang telah banyak memengaruhi hidup saya. Saya juga bersyukur semakin banyak organisasi, keluarga, dan individu yang membuka diskusi seputar passion dalam keseharian mereka, sebagian bahkan ada menyebut diri sebagai passion coach, passion mentor, dan lain-lain. Sama sekali tidak masalah. 

Namun, saya khawatir ketika passion muncul sekadar sebagai buzzword, tanpa makna yang jelas. Lebih khawatir lagi saat passion sekadar dijadikan alasan untuk berpindah kerja, tidak berpenghasilan, tidak bertanggung jawab, dan ujungnya ketidakberdayaan.

Seriously people, what pays you bill is money, not passion. Passion bukan komoditas sehingga tidak bisa dilabeli dengan harga sebagaimana layaknya barang dagangan. Membayar tagihan bulanan, cicilan kartu kredit, biaya sekolah anak, dan alokasi investasi harus, perlu, dan mutlak menggunakan UANG sebagai denominator transaksi yang paling diakui hingga saat ini.

Passion without creation is meaningless, nothing! Nah, uang berasal dari kinerja, yang akan sangat keren jika diawali dari passion. Apakah bisa dapat uang tanpa passion
ya, bisa saja, tapi belum tentu prosesnya mengasyikkan dan sudah pasti tidak maksimal. Mempertanyakan bagaimana jika passion tidak bisa bayar tagihan = bertanya kenapa karyawan baru tidak langsung jadi presiden direktur? Atau, kenapa suka politik, tapi tidak jadi presiden? Jawabannya: Semua dan apa pun di kolong langit perlu PROSES.

Your passion is already within you- the clues are everywhere in your feelings. Passion bisa didenifisikan dengan banyak cara. Definisi yang paling pas buat saya adalah ini: Segala aktifitas yang membuat kita merasa berdaya. Kata kunci pertama adalah “aktivitas” sehingga tidur tidak temasuk ya… kata kunci kedua adalah “merasa berdaya” sehingga tidak harus langsung piawai, tetapi prosesnya terasa dimudahkan, diasyikkan, dan diberdayakan. 


If you think your passion does not pay your bill, please ask these questions to yourself: 
  • (1) Apakah saya sudah tahu aktivitas yang membuat saya merasa berdaya, mampu, tahan banting dan seterusnya? 
  • (2) Apakah saya sudah menekuni aktivitas tersebut sehingga menjadi piawai? 
  • (3) Apakah saya sudah menghasilkan kreasi keren (karya keren yang bermanfaat bagi banyak orang) dari aktivitas tersebut? 
Silahkan dijawab, jika semua jawabannya YA! maka saya pastikan uang sudah tidak jadi masalah.

Nah, bagi yang masih mempertanyakan (lagi) kenapa harus tahu, paham, dan peduli passion, bisa jadi jawabannya sudah disajikan dalam serangkai kalimat indah karya Jalaludin Rumi sekitar 800 tahun lalu:
“With passion, we pray”
“With passion, we make love”
“ With passion, we eat and drink and dance and play”
“Why look like a dead fish in this ocean of GOD?”

Artikel yang tertulis di atas tadi sangat menohok alam pemikiran gue. Sekelebat melintas sejarah pengalaman kehidupan gue.  

Untuk anda ketahui, sepanjang puluhan tahun, passion hidup gue adalah musik dan olahraga (terutama sepakbola), yang ternyata pada realitanya, kedua passion tersebut tak bisa memberi gue penghidupan. 

Gue pernah sering berpindah-pindah kerja, pernah juga berwirausaha, tapi gue tak pernah menekuninya dalam waktu yang lama, karena menurut pemikiran pandir gue pada waktu itu, semuanya tak sesuai passion gue.

Hingga pada akhirnya secara kebetulan tak terduga, pada empat tahun yang lewat gue menemukan, bahwa passion gue adalah menulis sebuah artikel/cerita. 

Gue sendiri sempat tidak yakin apakah menulis sebuah artikel/cerita (baik secara cetak/online) merupakan passion gue. Tapi gue konsisten belajar banyak dari membaca artikel berkualitas yang dibuat penulis-penulis blog hebat, atau dari jurnalis-jurnalis media daring yang gue favoritkan. 

Dari apa yang gue pelajari itu, perlahan gue mulai menekuni dengan serius tentang Blogosphere.

Sekitar dua setengah tahun yang lalu, gue nekad untuk mengundurkan diri dari pekerjaan di bidang pariwisata. Saat gue mengundurkan diri, General Manager tempat gue bekerja sempat mengajak bicara empat mata di sebuah caffe. Beliau menyarankan gue untuk berubah pikiran untuk resign

Tapi gue sudah bertekad 100%, gue yakin dan mantap untuk banting setir menjalani sebagai penulis (walaupun sebenarnya pada waktu itu  gue tak tahu persis bagaimana caranya mencari uang dari menulis artikel/cerita, karena pendidikan gue tak ada hubungannya dengan dunia kepenulisan/jurnalisme)

Sempat beberapa lama gue terkatung-katung dalam dunia penuh ketidakpastian dengan kegiatan sebagai freelance ‘content writer’, yang penghasilannya sangat minim untuk bisa hidup layak di kota Jakarta. 

Sempat terpikir juga ingin balik ke bidang pekerjaan lama di dunia pariwisata, yang merupakan basic pendidikan gue. 

Namun, pada akhirnya keberuntungan menaungi gue. Pada suatu waktu, gue dikejutkan dengan seorang penelepon yang menanyakan kesediaan gue untuk bergabung dengan grup media miliknya, karena menurut beliau, gue cukup berbakat dalam membuat tulisan blog bertema sport dan musik. 

Gue sempat tak percaya diri, ragu, mengabaikan ajakan kerja dari sang penelepon tersebut dalam waktu beberapa lama, karena tak yakin dengan basic pendidikan gue. 

Hingga pada akhirnya gue ditelepon kembali oleh orang yang sama, menanyakan kesediaan gue untuk bergabung kerja bersama media miliknya.  

Akhirnya gue tanpa pikir panjang mengiyakan. Dan kini, melalui proses belajar yang panjang dan didikan yang berat, gue sudah bisa meraih penghidupan yang layak dari dunia kepenulisan. Sekarang sudah dipercaya sebagai redaktur media daring olahraga dan entertainment

# Bahaya terbesar bagi sebagian dari kita bukanlah cita-cita yang terlalu tinggi dan kita gagal menggapainya, melainkan cita-cita itu terlalu rendah dan kita berhasil meraihnya
(Michaelangelo 1475-1564)

# Jenius adalah 1 persen inspirasi dan 99 persen keringat 
(Thomas Alva Edison 1847-1931)

# Filosofi seseorang paling baik jika diekspresikan dalam pilihan-pilihan yang dibuatnya dalam kehidupan sehari-hari,bukan dalam kata-kata 
(Eleanor Roosevelt 1884-1962)

# Percayalah kepada TUHAN dan jalani hidup hari demi hari 
Norman Vincent Peale 1898-1993)

14 comments:

  1. disaat kita menemukan jalan untuk mendapatkan sesuatu yang kita naggap cocok dengan kehidupan kita disaat itukah sebenarnya kita juga menemukan passion kita, namun banyak orang terjebak dengan sesuatu yang mereka anggap sebagai passion mereka..sehingga mereka tidak mau berpindah ke lain hati....meskipun ditempat mereka berada..kehidupan mereka sudah mulai kembang kempis...... nice share post...keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas apresiasinya dan sudah berkunjung di sini. salam Blogosphere juga :D

      Delete
  2. Sempat beberapa lama gue terkatung-katung dalam dunia penuh ketidakpastian sebagai freelance ‘content writer’ , yang penghasilannya sangat minim untuk bisa hidup layak di kota Jakarta.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepertinya komentar mbak Santi terpotong tuh :D

      Delete
  3. Replies
    1. demen banget dech gue, ada yang komen disini :D

      Delete
  4. Wow sangat realita kisahnya..smoga keburuntungan itu singgah jg di saya...dengan kisah berbeda tentunya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. passion kamu di dunia fashion hijaber, beib. semoga kelak dirimu bisa menjadi terkenal dalam bidang itu :))

      Delete
  5. Good! Alhamdulillah ya mas Mo udah bekuin passion yang memberi penghidupan. Ahahaha kalau akuuu.. yaa masih dibawa santai. Duh, jadi malu

    ReplyDelete
  6. mas Yos, tulisan ini bener2 makanan jiwa banget, memotivasi dan bikin jadi semangat ngejar passion tanpa kebablasan. Makasih yaaa buat artikelnya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih kembali kepada kakak Zata sudtah berkunjung ke lapak ini :)

      Delete