Breaking News

SANG PATRIOT: Cinta Satu Jiwa dan Pengorbanan Dalam Epos Pahlawan Tercinta Jember

Bunga Anggrek mulai timbul
Ku Teringat Padamu
Waktu Kita Berkumpul
Ku duduk di sampingmu
Aku cinta kepadamu
bulan menjadi saksi
Aku telah berjanji
sehidup dan semati
(Als de orchideen bloeien, Bunga Anggrek, gubahan Ismail Marzuki) 

Lagu 'Bunga Anggrek' di atas menjadi tanda kenangan cinta abadi seorang wanita tangguh bernama Rukmini. 'Bunga Anggrek' menjadi lagu kesayangannya sepanjang masa, dan dulu sering dimainkan secara instrumental oleh sang suami tercinta, Mochammad Sroedji.

.......
8 Februari 1949, di Desa Karang Kedawung, Kecamatan Mumbul Sari, sebuah truk yang berisi serdadu NIL dan Belanda tampak menyeret sesosok jasad berlumuran darah. Para serdadu tersebut dengan pongahnya menyuruh kepada penduduk yang mereka lewati agar segera menyerah memberikan perlawanan kepada mereka, karena pemimpin perlawanan mereka telah dihabisi.  

Sosok berlumuran darah yang diseret oleh serdadu KNIL dan Belanda itu adalah Letkol Mochammad Sroedji, yang bersama Letkol Soebandi merupakan pemimpin pejuang di Jember yang berusaha melawan bangsa asing yang ingin menjajah kembali pasca kemerdekaan Indonesia. 
........
8 Desember 1943, Mochammad Sroedji resmi dilantik sebagai perwira PETA setelah menjalani gemblengan militer yang keras di Bogor. Pasca dilantik sebagai perwira PETA, Mochammad Sroedji memulai karir militernya sebagai perwira PETA di Jember dengan pangkat Chuudanchoo atau komandan kompi.
PETA merupakan organisasi militer buatan Jepang dengan dalih pembentukan untuk mengusir penjajah Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia. Ratusan pemuda Indonesia direkrut masuk PETA oleh Jepang, dan salah satunya adalah Mochammad Sroedji.

Namun setelah beberapa waktu menjadi Chuudanchoo, Mochammad Sroedji dan perwira-perwira PETA lainnya mulai menemukan realita bahwa tentara Jepang berbuat semena-mena terhadap rakyat. Pemuda-pemuda dipaksa menjadi pekerja pembangunan tanpa dibayar oleh Jepang atau disebut juga sebagai romusha, dan wanita-wanita berparas cantik dijadikan sebagai wanita penghibur tentara Jepang atau dikenal sebagai jugun ganfu.  Bahkan perwira-perwira PETA pun harus membungkuk (seikeirei) terhadap tentara Jepang berpangkat rendah.

Dalam suatu peristiwa, Rukmini nyaris diculik oleh tentara Jepang untuk dijadikan jugun ganfu saat Mochammad Sroedji sedang bertugas di luar Jember. Berbagai ketidakadilan bangsa Jepang itu membuat Mochammad Sroedji marah, dan di dalam dadanya selalu terbersit bahwa Indonesia harus merdeka, tidak berpangku kepada pihak asing. 
Hingga suatu ketika pada tanggal 19 Agustus 1945, tentara Jepang membubarkan PETA karena tanah airnya di bom atom. Tentara Jepang pun melucuti senjata yang dipakai oleh perwira PETA.

Mantan tentara PETA dibawah instruksi Presiden Soekarno, sepakat untuk membentuk pasukan keamanan yang dinamakan Badan Kemanan Rakyat (BKR). Mochammad Sroedji bersama rekan-rekan sejawat di PETA, memelopori pembentukan BKR Resimen II di Jember. Mochammad Sroedji diserahi tugas untuk memimpin Batalion I yang membawahi Jember Selatan. Batalion I dibawah komando Mochammad Sroedji ini akrab juga disebut sebagai Batalion Alap-Alap.
......


Pasca kemerdekaan Indonesia, serdadu KNIL yang membonceng tentara Belanda, berulang kali melakukan tindakan semena-mena terhadap rakyat dengan tujuan ingin kembali meraih kekuasaan. Pada era inilah berulang kali Mochammad Sroedji dan Rukmini beserta tiga anak mereka lari ke tempat pengungsian karena dicari oleh KNIL. Mochammad Sroedji sendiri pada masa itu menjabat sebagai Komandan Gerilya di Jember Selatan. Berbagai pertempuran yang dilakukan gerilyawan dalam komando Mochammad Sroedji, membuat banyak tentara Belanda tewas. 
......
Pada bulan Desember 1947, Rukmini yang sedang hamil sembilan bulan, dalam pelarian di daerah Kediri. Dalam situasi darurat, Rukmini melahirkan anaknya yang keempat berjenis kelamin perempuan, yang kelak dinamai Pudji Redjeki Irawati.
.......
Desember 1948, tentara Belanda mulai gencar melakukan agresi militer yang dilawan dengan gigih oleh Tentara Indonesia. Pada masa itu Mochammad Sroedji menjadi salah satu buronan utama tentara Belanda. Bahkan selebaran dibuat oleh serdadu Belanda yang menyatakan akan memberikan hadiah 10.000 gulden bagi siapapun yang bisa memberikan informasi atau menangkap Mochammad Sroedji hidup atau mati.
.....
8 Februari 1949
Sang pengkhianat durja itu membuat rombongan gerilyawan di bawah komando Mochammad Sroedji terjebak oleh kepungan tentara Belanda. "Arrghhh".. "Allahu Akbar..Allahu Akbar!!" satu persatu gerilyawan tertembak oleh tentara Belanda. 

Bahu kiri Sroedji pun terkena peluru. Tanpa memedulikan darah yang mengucur deras, tangan kiri Sroedji mengacungkan pistol terkokang ke arah serdadu Belanda," Mati boleh dah, Mati bagus dah! Belanda bakero!" teriak lantang Sroedji dengan penuh amarah.
-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

Novel Sang Patriot merupakan buah karya Irma Devita yang merupakan cucu dari almarhum Letkol Mochammad Sroedji. Novel ini dibuat oleh Irma Devita untuk menepati janjinya kepada sang nenek tercinta, Rukmini, yang dulu kerap bercerita tentang perjuangan sang kakek. 

Novel Sang Patriot ini membuka satu kisah lagi tentang jejak-jejak perjuangan pahlawan daerah di masa sebelum dan awal kemerdekaan Indonesia, yang selama ini nyaris tak pernah diangkat ke permukaan oleh ahli-ahli sejarah, dan juga kurang terekspos oleh media mainstream.


Dari buku Novel Sang Patriot ini kita sebagai generasi masa kini bisa belajar bahwa pengorbanan dengan cinta untuk membela tanah air, membuat seseorang akan dicintai oleh banyak orang walaupun dia telah tiada. Hal ini terbukti jelas dengan pengorbanan Letkol Mochammad Sroedji yang sangat dikagumi dan dihormati oleh masyarakat Jember hingga saat ini. Pengorbanan Rukmini yang selalu mendukung perjuangan suaminya juga menjadi faktor penting dalam kisah perjuangan Sroedji.

Secara keseluruhan buku Novel Sang Patriot ini cukup menarik untuk disimak hingga paragraf terakhir, karena plotnya maju mundur, yang membuat pembaca ditantang untuk berpikir secara mendalam tentang apa yang terjadi di balik peristiwa dalam cerita tersebut. 

Patut diapresiasi juga kerja keras Irma Devita yang harus susah payah ke berbagai tempat untuk menanyai langsung sumber asli (pelaku sejarah) dalam buku ini, serta mengumpulkan kepingan-kepingan bukti sejarah untuk dikutip dalam novel ini. 
Irma Devita saat peluncuran novel SANG PATRIOT

Yang menarik, rencananya novel Sang Patriot ini akan dibuatkan versi komiknya, agar bisa dipahami dan disukai oleh generasi pembaca muda masa kini. 




‘Artikel ini disertakan dalam lomba review novel Sang Patriot‘

8 comments:

  1. kalo aku mengusulkan buat di angkat ke film layar lebar deh...

    ReplyDelete
  2. reviewnya apik banget pak, semoga buku ini bisa menjadi counter attack para hero dari negeri asing yg sudah merasuk ke jiwa generasi masa kini...
    selamat berlomba..semoga menjadi salah satu yang terbaik...
    keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas apresiasinya, semoga akan ada lagi novel-novel lainnya yang berisi serupa dengan 'Sang Patriot' ini

      Delete
  3. menarik memang novel ini :) hrs baca

    ReplyDelete
  4. Bang Yoswa, terima kasih atas partisipasinya :)

    ReplyDelete
  5. Wah, aku sbg orang Jember malah baru baca kisahnya Moch Serudji lewat review ini *uhuk uhuk* *kesedak* taunya universitas dgn nama sama doang :0 bagusss reviewnya,thanks mas^^

    ReplyDelete